“Gangsal ewu nggih
mboten cekap mba.” Tutur
beliau sambil duduk melepas rasa lelahnya. Nominal yang begitu kecil sangat
berarti bagi beliau. Lima ribu rupiah bukan angka yang dapat mencukupi
kebutuhan hidup wanita ini. Empat anaknya telah hidup dengan keluarganya
masing-masing.
Dari desa Karang Joho,
Bawen, Semarang. Setiap pagi Jariyah (70)
menjual
berbagai jenis rempah-rempah yang ia ambil dari lahannya sendiri. Salah satunya
lengkuas. Setiap harinya perempuan berkepala tujuh mampu menggendong paling
banyak 32 kilogram rempah-rempah. Sedangkan untuk jumlah standar setiap harinya
ia hanya mampu menjual sepuluh
Kg.
32 Kg bukan kuantitas
yang kecil bagi wanita seumuran beliau. Lengkuas yang ia jual diberi harga
seribu lima ratus rupiah per Kg-nya. “Jadi satu hari jika saya menjual 10 Kg saya mendapatkan penghasilan lima belas
ribu rupiah mbak!” ujarnya.
Dia berujar bahwa hasil dari penjualan lengkuas tersebut
ia hanya mendapatkan
penghasilan kotor sebesar limabelas ribu rupiah. Dengan rincian sepuluh ribu rupiah digunakan untuk transportasi sehingga dia hanya mendapatkan penghasilan sebesar
limaribu rupiah setiap harinya.
Didapat dari keterangannya, untuk menutupi kekurangan
atas hasil yang ia peroleh ia menambahkan sayur-sayuran berupa bayam yang ia beli
dari petani dengan harga duaribu
rupiah per ikatnya
yang kemudian ia jual dengan harga tiga ribu rupiah. Sehingga ia mendapatkan
keuntungan sebesar seribu rupiah untuk kebutuhan primernya.
Pekerjaan itu telah
dilakukan oleh Jariyah bertahun-tahun lamanya. Semangat menjalani hidupnya yang
hanya berteman dengan sepi. Karena suaminya sudah tiada. Dan ia hidup bersama
dengan tetangga yang paham akan arti tolong menolong.
0 komentar:
Posting Komentar