Kompress media-Salatiga. Setiap pekerjaan yang dilakukan dengan
perasaan suka biasanya akan berbuah manis. Sebagaimana yang dialami oleh
Suratman, warga Salatiga yang telah puluhan tahun menekuni hobinya sebagai
pemelihara burung. Berawal dari sekedar hobi yang dilakoninya sejak kecil, kini
bapak yang berusia empat puluh dua tahun tersebut telah memiliki puluhan ekor
burung yang bernilai jual cukup tinggi.
Meski harga burung tidak tentu di
pasaran, namun Suratman tidak merasa rugi ketika merawat sebegitu banyak. Di
sela-sela pekerjaan utamannya menjadi penjual bakso, ia mengaku tidak sering
mengeluhkan capek, bahkan sebaliknya. Merawat burung adalah suatu kenikmatan
yang mampu menghilangkan rasa lelah usai berjualan.
Bahkan, bapak yang sangat getol
mengutak-atik kandang burung itu juga rela berkunjung ke luar kota hanya demi
untuk membeli burung. Memang di Salatiga diakuinya sudah cukup banyak yang
berkualitas. Tapi, selain untuk menambah koleksi, Suratman juga memanfaatkan
momen transaksi tersebut sebagai ajang bertukar informasi sekaligus menambah
jaringan kenalan sesama pecinta burung.
“Dulu, saya dapat burung itu pertama
kali beli di pasar situ,” tuturnya
sambil menunjuk ke arah pasar Blauran, Salatiga. “Kini, terkadang saya pergi ke
Solo atau Surabaya,” tambahnya.
Beberapa jenis burung yang dikoleksi
Suratman di antaranya yaitu Selingan Laut, Cak Jenggot, Kenari, Branjangan, Perkutut,
dan lain-lain.
Mengenai
keuntungan finansial, warga Salatiga tersebut tak bisa menyebutkan tepatnya
berapa per bulannya. Tapi, kalau dihitung-hitung bisa dibilang lumayan. Seekor
Selingan saja bisa sampai dihargai sekitar lima ratus ribu. Juga untuk beberapa
jenis burung lain, kira-kira tidak jauh berbeda, tergantung dari naik-turunnya
harga di pasaran.
Sedangkan kenaik-turunan harga tersebut
bisa terjadi dari berbagai sebab. Tapi, yang sering adalah karena faktor
kelangkaan. Semakin langka burung tersebut maka harganya juga bisa melambung
tinggi. Begitu pula sebaliknya. Jika ada begitu banyak burung sejenis maka biasanya
harga jualnya juga rendah.
“Tapi, asal suaranya merdu, biasanya
pembeli berani membayar mahal,” imbuhnya.
Meski bisa dibilang cukup mahal tapi dia
juga termasuk pilih-pilih pelanggan. Suratman terkadang tidak rela melepaskan
burungnya begitu saja. Dalam hal ini, seorang pembeli tersebut harus
pandai-pandai merayu. Terkadang dia memang mematok harga yang sangat mahal
untuk burung-burung yang sangat disukai.
Sedangkan perawatannya sendiri
sebenarnya tidak terlalu sulit. Dari puluhan ekor burung yang dirawatnya,
Suratman hanya butuh kurang lebih satu jam saja. Perawatan tersebut sudah
komplit mulai dari memberi makan, membersihkan kandang hingga memajangnya di
sepanjang gantungan yang telah ia sediakan di sekitar rumahnya.
“Telaten, itulah kuncinya.”
Bagi Suratman, masalah keindahan bunyi
kicauan salah satunya juga dipengaruhi oleh ketelatenan pemilik. Terutama dalam
hal pemberian pakan. Jika si burung telat makan, itu bisa berpengaruh terhadap
kesehatannya. Sedangkan burung yang tidak sehat tentu saja tidak akan mampu
mengeluarkan kicauan yang sangat merdu.
Selain itu, faktor kebersihan kandang
juga tidak boleh diabaikan. Sebuah kandang yang kotor pasti akan menimbulkan
mudahnya kuman-kuman berkembang biak. Oleh sebab itu, sebagai seorang
pemelihara burung, sudah selayaknya menjaga kebersihan kandang.
“Jika burungnya sehat, toh manfaatnya
akan kembali kepada si pemilik,” imbuh Suratman sambil menyiuli burung
Perkututnya.
Begitulah keseharian hidup Suratman.
Selain bisa mendapatkan keuntungan finansial, ia juga mampu memperoleh
ketenangan batin. Menjalani hobi tentu mampu menenangkan, apalagi ada uangnya.
“Nah, itulah surga dunia!” (kompress_sofi)
0 komentar:
Posting Komentar