Cari dan Temu

Kolom Sponsor

Rabu, 24 Oktober 2012

Kicauan Rezeki Bermula dari Hobi


Kompress media-Salatiga. Setiap pekerjaan yang dilakukan dengan perasaan suka biasanya akan berbuah manis. Sebagaimana yang dialami oleh Suratman, warga Salatiga yang telah puluhan tahun menekuni hobinya sebagai pemelihara burung. Berawal dari sekedar hobi yang dilakoninya sejak kecil, kini bapak yang berusia empat puluh dua tahun tersebut telah memiliki puluhan ekor burung yang bernilai jual cukup tinggi.

Meski harga burung tidak tentu di pasaran, namun Suratman tidak merasa rugi ketika merawat sebegitu banyak. Di sela-sela pekerjaan utamannya menjadi penjual bakso, ia mengaku tidak sering mengeluhkan capek, bahkan sebaliknya. Merawat burung adalah suatu kenikmatan yang mampu menghilangkan rasa lelah usai berjualan. 

Bahkan, bapak yang sangat getol mengutak-atik kandang burung itu juga rela berkunjung ke luar kota hanya demi untuk membeli burung. Memang di Salatiga diakuinya sudah cukup banyak yang berkualitas. Tapi, selain untuk menambah koleksi, Suratman juga memanfaatkan momen transaksi tersebut sebagai ajang bertukar informasi sekaligus menambah jaringan kenalan sesama pecinta burung.


“Dulu, saya dapat burung itu pertama kali  beli di pasar situ,” tuturnya sambil menunjuk ke arah pasar Blauran, Salatiga. “Kini, terkadang saya pergi ke Solo atau Surabaya,” tambahnya.
Beberapa jenis burung yang dikoleksi Suratman di antaranya yaitu Selingan Laut, Cak Jenggot, Kenari, Branjangan, Perkutut, dan lain-lain. 

 Mengenai keuntungan finansial, warga Salatiga tersebut tak bisa menyebutkan tepatnya berapa per bulannya. Tapi, kalau dihitung-hitung bisa dibilang lumayan. Seekor Selingan saja bisa sampai dihargai sekitar lima ratus ribu. Juga untuk beberapa jenis burung lain, kira-kira tidak jauh berbeda, tergantung dari naik-turunnya harga di pasaran.

Sedangkan kenaik-turunan harga tersebut bisa terjadi dari berbagai sebab. Tapi, yang sering adalah karena faktor kelangkaan. Semakin langka burung tersebut maka harganya juga bisa melambung tinggi. Begitu pula sebaliknya. Jika ada begitu banyak burung sejenis maka biasanya harga jualnya juga rendah.

“Tapi, asal suaranya merdu, biasanya pembeli berani membayar mahal,” imbuhnya.
Meski bisa dibilang cukup mahal tapi dia juga termasuk pilih-pilih pelanggan. Suratman terkadang tidak rela melepaskan burungnya begitu saja. Dalam hal ini, seorang pembeli tersebut harus pandai-pandai merayu. Terkadang dia memang mematok harga yang sangat mahal untuk burung-burung yang sangat disukai.

Sedangkan perawatannya sendiri sebenarnya tidak terlalu sulit. Dari puluhan ekor burung yang dirawatnya, Suratman hanya butuh kurang lebih satu jam saja. Perawatan tersebut sudah komplit mulai dari memberi makan, membersihkan kandang hingga memajangnya di sepanjang gantungan yang telah ia sediakan di sekitar rumahnya.

“Telaten, itulah kuncinya.”
Bagi Suratman, masalah keindahan bunyi kicauan salah satunya juga dipengaruhi oleh ketelatenan pemilik. Terutama dalam hal pemberian pakan. Jika si burung telat makan, itu bisa berpengaruh terhadap kesehatannya. Sedangkan burung yang tidak sehat tentu saja tidak akan mampu mengeluarkan kicauan yang sangat merdu.

Selain itu, faktor kebersihan kandang juga tidak boleh diabaikan. Sebuah kandang yang kotor pasti akan menimbulkan mudahnya kuman-kuman berkembang biak. Oleh sebab itu, sebagai seorang pemelihara burung, sudah selayaknya menjaga kebersihan kandang.
“Jika burungnya sehat, toh manfaatnya akan kembali kepada si pemilik,” imbuh Suratman sambil menyiuli burung Perkututnya.

Begitulah keseharian hidup Suratman. Selain bisa mendapatkan keuntungan finansial, ia juga mampu memperoleh ketenangan batin. Menjalani hobi tentu mampu menenangkan, apalagi ada uangnya.
“Nah, itulah surga dunia!” (kompress_sofi)

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright 2035 Kompress Media
Blog by Damar Nurani